Pages

Monday, October 25, 2010

Sekolah Penerbang Turki Minat Benamkan 4 Simulator di Curug

Simulator IFTC Istanbul
Lembaga pendidikan penerbang Turki, International Flight Training Center (IFTC) Istanbul berminat berkolaborasi dengan Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Curug untuk membuka fasilitas simulasi pesawat di sekolah milik Pemerintah Indonesia tersebut. Penjajakan telah dilakukan IFTC Istanbul dengan Badan pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Perhubungan Kementerian Perhubungan selaku pembina STIP. Namun keputusan perealisasian kerjasama ini masih menunggu persetujuan Kementerian Keuangan.

Sunday, October 24, 2010

AP II Targetkan Tender Pembangunan JAATS-2 Mulai Desember 2010

PT Angkasa Pura II (Persero) tengah menyiapkan konsep pembangunan Jakarta Automation Air Traffic System (JAATS) untuk memperkuat performa Pengatur Lalu Lintas Udara serupa yang telah ada saat ini. JAATS-2 itu ditargetkan dapat beroperasi selambat-lambatnya akhir 2011 mendatang. Sedangkan tender pembangunanya sendiri ditargetkan untuk dimulai pada Desember 2010.
www.airtrafficcontrollerexam.com

Direktur Utama PT AP II Tri S. Sunoko memaparkan, proses persiapan yang tengah dilakukan saat ini adalah menyusun term of reference (TOR) dan spesifikasi teknis  pengadaan dan pemasangan JAATS-2 oleh tim gabungan yang terdiri dari para ahli navigasi udara Institut Teknologi Bandung (ITB), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan dan PT AP II. Organisasi profesi Indonesia Air Traffic Controller Association (IATCA) serta para teknisi penerbangan dan operator penerbangan juga turut dilibatkan sebagai nara sumber.

”Penyusunan TOR dan spesifikasi teknis dilaksanakan sejak September lalu dan akhir Nopember 2010 ini diharapkan akan rampung. Sehingga proses tender pembangunan gedung sebagai langkah awal bisa dilakukan pada Desember mendatang,” jelas Tri S. Sunoko, Minggu (24/10).

Estimasi dana yang dibutuhkan  untuk pembangunan gedung JAATS-2 tersebut, jelasnya, mencapai kisaran Rp 200 miliar yang dibiayai melalui sumber pendanaan APBN Ditjen Perhubungan Udara Kemenhub. Rentang waktu pembangunan gedung JAATS-2 direncanakan sepanjang 2011, mulai Januari hingga Desember. Sementara untuk pengadaan dan instalasi infrastruktur JAATS-2 menjadi proyek yang dibiayai melalui  PT AP II, dengan estimasi waktu antara Maret – Desember 2011, yang dilanjutkan dengan proses simulasi dan training pada Januari 2012.

”Estimasi biaya yang disiapkan AP II untuk infrastruktur JAATS 2 ini nilainya sekitar Rp 500 miliar. Permohonan persetujuan anggarannya diajukan kepada Kementerian BUMN Oktober 2010 ini. Kita harapkan bisa segera disetujui selambatnya akhir Oktober, sehingga kita bisa langsung buka tender Desember mendatang. Tendernya sendiri akan dilakukan oleh tim konsultan independen yang juga dilibatkan dalam proyek ini,” imbuh dia.

JAATS-2 Sebagai Back Up

Direktur Operasi dan Teknik, Salahudin Rafi menambahkan alasan di balik rencana pembangunan JAATS-2. Menurutnya, JAATS-2 tidak dibangun untuk menggantikan keberadaan JAATS-1 yang usianya relatif tua dan sempat mengalami gangguan teknis beberapa waktu lalu. ”Keberadaan JAATS-2 yang mengadopsi teknologi terkini adalah untuk memperkuat posisi JAATS-1 dan dalam rangka meningkatkan performa radar yang kita miliki. Ini juga sebagai salah satu langkah dalam menyikapi pesatnya pertumbuhan industri penerbangan saat ini,” papar Rafi.

Menurut Rafi, seiring dengan upaya persiapan pembangunan infrastrutktur JAATS-2 yang dipastikan akan sarat dengan teknologi anyar dan diharapkan mampu mengantisipasi perkembangan teknologi yang sangat dinamis. Beberapa teknisi penerbangan (ATC dan teknisi) juga sudah melakukan ”benchmark” dalam mengikuti seminar yang digelar Internasional Civil Aviation Organization (ICAO) serta merencanakan peninjauan ke beberapa bandara yang telah menggunakan pola pengoperasian dan  sistem radarnya yang modern dan canggih sebagai pembanding.

JAATS adalah sistem penginderaan jarak jauh (surveillance) yang digunakan oleh petugas pengatur lalu lintas udara (Air Traffic Controller/ATC) untuk memberikan pelayanan lalu lintas penerbangan di wilayah operasi udara Flight Information Region (FIR) Jakarta dengan cakupan wilayah udara Indonesia bagian barat. Pelayanan ini lazim disebut sebagai air traffic services. Perangkat JAATS yang dioperasikan PT APII ini berada di Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng, Banten. Namun, keberadaan JAATS sendiri tidak hanya untuk kebutuhan pengontrolan lalu lintas udara, namun lebih luas lagi yang mampu berfungsi untuk air traffic management.

Rafi menambahkan, radar JAATS pertama dioperasikan perdana pada 1996 silam, dan pada sat itu diproyeksikan untuk melayani pergerakkan pesawat hingga 600 pergerakan per hari dan pelayanan data sebanyak 900 pesan Aeronautical Fixed Telecommunication Network (AFTN). Namun pada 2010, kenyataannya total pergerakan pesawat yang dilayani JAATS telah mencapai hingga 2000 pergerakan peswat dan mengelola sebanyak 4000 pesan AFTN.

Menyusul kendala operasional radar yang terjadi beberapa waktu lalu, perbaikan cepat dilakukan sehingga mampu mengembalikan fungsi pelayanan JAATS seperti sedia kala. Untuk mengantisipasi kejadian serupa, telah dilakukan updating dan refreshing sistem JAATS secara periodik dari setiap dua bulan menjadi satu bulan dan dua minggu untuk mengurangi beban data yang diproses oleh sistem tersebut.

”Sejak awal September lalu upaya perbaikan dan antisipasi terhadap kegagalan sistem terus dilakukan, seperti menyiapkan back up system yang dibutuhkan. Contingency plan atau rencana darurat JAATS Radar System Failure Contingency Plan yang menyentuh kondisi terburuk kita rancang dan kita masukkan dalam SOP. Saat ini, rencana darurat itu yang sedang proses sosialisasi. Namun, saat ini sudah ter-back up dan sosialisasi juga sedang di lakukan ke setiap unit dan seluruh controller,” lanjut Rafi.

Sebelumnya, Menteri Perhubungan Freddy Numberi mengatakan bahwa pihaknya akan mendorong percepatan pembangunan radar JAATS-2 untuk menopang radar yang telah ada saat ini. Di sisi  lain, hal  tersebut juga sebagai upaya untuk menyongsong pengimplementasian ASEAN Open Sky 2015 mendatang. "Banyak pembenahan yang harus kita lakukan. Salah satunya adalah sistem radar," ujar Menhub di gedung DPR, Jumat (22/10).

Dirjen Perhubungan Udara Herry Bakti S. Gumay menambahkan, saat ini pihaknya bersama tim tengah melakukan penyusunan TOR dan spesifikasi rencana pembangunan radar JAATS-2 agar secepatnya bisa dilakukan tender. "Kami dari pemerintah akan memfasilitasi bangunannya, gedungnya. Sedangkan Angkasa Pura II infrastruktur radarnya," ujar dia. (roda kemudi)

Wednesday, October 13, 2010

Pembangunan Jalur Ganda Petarukan-Pekalongan Bakal Dikebut

Pembangunan double track kereta api
Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan akan mempercepat proses pembangunan jalur ganda (double track) kereta api sepanjang 26 kilometer dari Petarukan hingga Pekalongan, Jawa Tengah. Upaya ini dalam rangka meningkatkan kualitas keselamatan pada jalur moda transportasi darat termassal itu.

Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono usai rapat dengan Wakil Presiden Boediono di kantor Wapres, Jl. Medan Merdeka Selatan, Rabu (13/10) menjelaskan, proses percepatan pembangunan jalur ganda itu menjadi salah satu instruksi Wapres kepada Kementerian Perhubungan, dalam hal ini Direktorat Jenderal Perkeretaapian.

Menurut Wamenhub, selain meneruskan proyek pembangunan jalur ganda Petarukan-Pekalongan, Dirjen Perkeretaapian yang juga turut menghadiri rapat tersebut juga diperintahkan untuk melakukan revitalisasi dan modernisasi sistem persinyalan perkeretaapian. ”Ini untuk sebagai antisipasi untuk mengurangi kemungkinan kecelakaan. Langkah ini akan kita mulai pada 2011," jelasnya.

Di sisi lain, terkait upaya meminimalisasi angka kecelakaan,  Wapres juga menginstruksikan operator yang dalam hal ini PT Kereta Api Indonesia (KAI) untuk segera memasang alat-alat keselamatan pencegah kecelaan yang berhubungan dengan operasional KA. Termasuk salah satunya adalah mensertifikasi para masinis dan ahli-ahli teknis yang belum memiliki sertifikat kompetensi, serta mengganti pegawai yang telah memasuki masa pensiu dengan sistem perekrutan yang terencana.

"Hal lain adalah pemisahan hal-hal yang masuk dalam ranah regulator dan operator sesuai UU. Misalnya bagaimana pengelolaan stasiun, rel, dan sinyal, bisa dipisahkan secara tegas siapa yang bertanggung jawab antara operator dan regulator. Ini tentunya akan mengacu pada aturan yang sudah ada, yaitu UU Perkeretaapian No 23/2007," ungkap Wamenhub.

Kemudian, Wamenhub menambahkan, Wapres Boediono juga meminta agar segera dibentuk Direktorat Keselamatan KA yang akan menjadi bagian Direktorat  Jenderal Perkeretaapian. Pembentukan lembaga baru ini bertujuan agar penanganan dan antisipasi terhadap hal-hal yang berkaitan dengan keselamatan pengoperasian KA dapat dilakukan secara lebih terfokus.

Selain itu, Wapres juga mengimbau untuk dilakukannya revisi terhadap surat kesepatakan bersama (SKB) tiga menteri No 19/1999. Keputusan bersama itu dibuat oleh Menteri Perhubungan, Menteri Keuangan dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, yang membahas tentang Pembiayaan Atas Pelayanan Umum Angkutan Kereta Api Penumpang Kelas Ekonomi (Public Service Obligation/PSO), Pembiayaan atas Perawatan dan Pengoperasian Prasarana Kereta Api (Infrastructure Maintenance and Operation/IMO), serta Biaya atas Penggunaan Prasarana Kereta Api (Track Acces Card/TAC).

”Wapres juga menyampaikan instruksi untuk  melakukan percepatan investasi untuk infrastuktur perkeretaapian. Saat ini, sudah ada proses Public-Private Partnership (PPP) pembangunan jalur KA Bandara Soekarno-Hatta-Manggarai. Kemudian, kita juga diminta melakuakan percepatan penyelesaian standar operation dan manual untuk pelaksanaan kegiatan operasional KA yang saat ini masih banyak menganut aturan zaman Belanda. Nantinya itu akan disesuaikan dengan UU yang kita miliki,” pungkasnya. (roda kemudi)

Dermaga I Ditutup 10 Hari, Kendaraan Menumpuk di Merak

Penumpukkan kendaraan terjadi di Pelabuhan Penyeberangan Merak, Banten, sejak Selasa (12/10) malam hingga Rabu (13/10). Kondisi itu merupakan akumulasi dari penutupan dua dermaga yang dilakukan PT ASDP Indonesia Ferry, yakni Demaga I dan Dermaga II. Penutupan Dermaga I dilakukan terkait upaya penggantian jembatan bergerak (movable bridge) selama sepuluh hari ke depan, sejak Senin, dan Dermaga II akibat tertabraknya  side ramp oleh kapal yang hendak berlabuh.

Antrean truk  di Pelabuhan Merak  (ilustrasi)
Direktur Utama PT ASDP Indonesia Ferrry Bambang Bhakti menjelaskan, penutupan Dermaga I dilakukan terkait upaya penggantian jembatan bergerak (movable bridge) yang dilakukan sejak Senin (11/10) pagi hingga Rabu, 20 Oktober mendatang. ”Seharusnya kita lakukan penggantian movable bridge yang sudah uzur itu sejak sebelum lebaran. Tetapi, kita tidak mau mengambil risiko terhadap pelaksanaan angkutan lebaran. Karena itu kita baru lakukan sekarang. Rencananya 10 hari, tetapi kalau dibutuhkan akan kita panjangkan waktunya menjadi maksimal 12 hari,” jelas Bambang saat dikonfirmasi Rabu (13/10) petang. Dikatakan, untuk kebutuhan penggantian itu, pihaknya mengalokasikan dana sekitar Rp 2,1 miliar.

Sementara penutupan Dermaga II, lanjutnya, dilakukan karena side ramp dermaga tersebut tertabrak oleh salah satu kapal perusahaan swasta  saat melakukan manuver gerak pada Selasa (12/10) dinihari. Menurut Bambang, penutupan Dermaga II hanya dilakukan sekitar enam jam. Setelah proses perbaikan selesai dilakukan, pelayanan di Dermaga II kembali dibuka mulai Selasa siang. Dia mengakui, meski beban pelayanan bongkar dan muat telah dialihkan secara merata ke dermaga lain, penutupan tetap berkontribusi terhadap penumpukkan kendaraan pada areal parkir kendaraan di Pelabuhan Merak. Penumpukkan itu sendiri didominasi oleh truk-truk pengangkut barang.

Dia menjelaskan, terkait penutupan Dermaga I, kapasitas pelayanan dermaga itu dialihkan kepada empat dermaga lain hingga total 24 kapal. Dermaga II, rincinya, dialokasikan untuk melayani hingga enam kapal. Sementara Dermaga III sebanyak tujuh kapal, Dermaga IV sebanyak enam kapal, dan Dermaga V sebanyak lima kapal.

”Persoalannya, akumulasi kendaraan ini juga dipicu oleh meningkatnya volume kendaraan yang akan menyeberang menuju Pelabuhan Bakauheni di Lampung dalam kurun beberapa hari ini. Itu memaksa kita untuk menambah jumlah kapal, dari biasanya pada masa normal cukup hanya 18 kapal. Sekarang, meski sudah dioperaskan 20 kapal pun masih tetap kurang. Saat ini kita masih melakukan rapat dengan seluruh pihak terkait untuk mengatasinya,” imbuhnya.

Namun, Bambang belum dapat menyebutkan berapa jumlah peningkatan volume kendaraan yang terjadi itu. Pada masa normal, jumlah kendaraan roda empat non-angkutan barang yang dilayani di Pelabuhan Merak sebanyak 1.800 unit per hari, sedangkan truk pengangkut barang mencapai hingga 2.300 kendaraan.

Di sisi lain, Bambang juga mengatakan masih adanya sejumlah operator yang masih berkeberatan pelayanan kapalnya dilaihkan dari Dermaga I ke dermaga lain. ”Dermaga I kebanyakan diisi oleh pemain senior. Ada sedikit kendala untuk memindahkan mereka. Alasannya banyak. Salah satunya, awak mereka membutuhkan waktu penyesuaian untuk melakukan manuver gerak di dermaga lain. Sementara kalau di Dermaga I mereka mengaku bisa bergerak cepat karena awak kapal sudah familiar,” ujarnya.

Terkait itu, pihaknya hingga saat ini masih melakukan pertemuan dengan pengurus Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (Gapasdap) untuk membujuk operator yang masih memilih untuk bertahan beroperasi di Dermaga I. ”Ada kesepakatan antara pihak kami dan Gapasdap, malam ini akan dioperasikan hingga 22 kapal. Kalau masih belum cukup juga, akan kita upayakan penambahan. Masalahnya, dari 33 kapal yang ada di pelabuhan ini, tidak semuanya bisa langsung kita operasikan. Misalnya, ada yang sedang docking, dll,” pungkasnya. (roda kemudi)

Monday, October 11, 2010

Jemaah Haji Kloter I Kalsel Terbang Sesuai Jadwal

Proses penerbangan perdana jemaah haji asal Kalimantan Selatan ke Tanah Suci Mekkah melalui Embarkasi Banjarmasin,  Selasa (11/10), berjalan sesuai jadwal. Pesawat Boeing 767-300 beregistrasi G-OBYE yang disewa Garuda Indonesia untuk membawa 325 jemaah dengan nomor penerbangan GA 8100 tersebut lepas landas dengan lancar di Bandara Sjamsudin Noor, Banjarmasin.

Jemaah Haji saat melakukan boarding
Kepala Cabang Garuda Indonesia Banjarmasin Piktor Sitohang menjelaskan, dari Embarkasi Banjarmasin, perusahaannya dijadwalkan untuk menerbangkan  sebanyak 5.282 jemaah termasuk petugas haji ke Jeddah melalui 17 kelompok penerbangan. ”Melalui embarkasi ini kami melayani jemaah dari dua provinsi, yaitu Kalsel dan Kalteng. Untuk Kalsel, total jemaah yang kita terbangkan sebanyak 4.034 orang, terdiri dari 3.974 jemaah dan 60 petugas kloter. Sedangkan untuk Kalteng, totalnya 1.248 jemaah, terdiri dari 1.228 jemaah dan 20 petugas kloter,” paparnya beberapa saat sebelum pesawat mengudara.

Victor menambahkan, dari total 17 kloter yang dijadwalkan, sebanyak 13 kloter dialokasikan untuk penerbangan jemaah Kalsel. Sementara jemaah asal Kalteng di bagi ke dalam empat kelompok terbang. ”Jadwal penerbangannya sendiri kita bagi dalam dua gelombang. Untuk Kloter I sampai Kloter 6 masuk dalam gelombang pertama yang akan diterbangkan 10  Oktober-25 Oktober. Kemudian sisanya, Kloter 7-17, kia terbangkan mulai 26 Oktober-08 Nopember,” lanjut Piktor.
Dikatakannya, sebelum terbang menuju King Abdulaziz, Jeddah, pesawat akan singgah terlebih dahulu di Bandara Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh, melakukan pendaratan teknis untuk mengisi bahan bakar.

Pilot Sempat Ragukan Kualitas Bandara
Menurut Station Manager Garuda Indonesia Banjarmasin Taufik Husni, Captain Jhon MCmillan, pilot yang membawa pesawat berbadan lebar milik Thomson Airways (Inggris) itu ke Sjamsudin Noor, sempat tak yakin untuk mendaratkan pesawatnya di bandara yang dikelola PT Angkasa Pura I tersebut. MCmillan yang menerbangkan langsung pesawat itu dari markasnya di Luton, Inggris, sempat menahan pesawatnya di Banda Aceh untuk transit.

”Pilot sempat mendengar kabar bahwa kondisi landasan pacu dan taxiway bandara kondisinya rusak. Dia sempat ragu dan menolak untuk terbang ke Banjarmasin. Tetapi setelah kita yakinkan dan ada jaminan dari Ditjen Perhubungan Udara, melalui Pak Edward Silooy, MCmillan mau juga mendarat di sini dan akhirnya mengetahui bahwa kondisi bandara memang baik. Kalau saja mereka tidak bisa kita yakinkan, bisa berantakan penerbangan haji kita semuanya,”  jelas Taufik.

Berdasarkan pantauan di lapangan, bandara dengan ukuran runway 2500 x 45 meter dan daya tekan hingga 60 PCN (setara ton) tersebut dilengkapi dengan dua taxiway. Namun, salah satu taxiway ditutup karena permukaan aspal yang bergelombang dengan cekungan yang cukup dalam. ”PT AP I berjanji segera memperbaiki taxiway yang rusak itu secepatnya, menurut informasinya, dananya sudah cair sebesar Rp 8,6 miliar. Karena sejak saya masuk di sini hampir setahun lalu belum juga diperbaiki secara permanen, tetapi hanya tambal sulam. Bahkan Lion Air sempat terjerembab beerapa waktu lalu,” pungkas Taufik.(roda kemudi)

AP II Naikkan Status Penerangan Umum dan AC Terminal di Bandara Soetta Jadi Prioritas

Menyusul terjadinya gangguan pasokan arus listrik pada fasilitas-fasillitas bandara yang tergolong non-prioritas di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten, PT Angkasa Pura II (Persero) memutuskan untuk menaikkan status suplai tenaga cadangan (back up) pada kategori tersebut menjadi prioritas. Salah satunya adalah fasilitas penerangan umum dan penyejuk ruangan (AC) di seluruh area terminal.
Dirut AP II Tri Sunoko (berjaket) dan
Dirut PLN Dahlan Iskan (foto: antara)


”Penerangan umum atau pun AC di terminal-terminal itu semula masuk kategori non-priority dalam sistem back up kita. Tetapi sekarang sudah kita naikkan statusnya menjadi prioritas. Dengan demikian, ketika pemadaman listrik oleh PLN terjadi, lampu maupun AC di Bandara Soekarno—Hatta bisa tetap menyala. Kami menyadari betul bahwa kenyamanan penumpang merupakan salah satu faktor yang harus kami prioritaskan. Tujuan peningkatan status ini sendiri tak lain untuk meningkatkan kenyamanan bagi setiap pengguna jasa bandara,” ungkap Direktur Utama PT Angkasa Pura II Tri S Sunoko, Senin (11/10).

Dikatakannya, peningkatan status tersebut juga merupakan salah satu tuntutan dari masyarakat pengguna jasa Bandara Soetta yang direspons perusahaannya. Dia berharap, peristiwa terakhir, yaitu padamnya lampu penerangan umum dan AC di area terminal seperti ketika gardu induk PLN Kosambi terganggu beberapa waktu, lalu tidak akan terulang lagi ke depan. ”Karena ketika pasokan listrik PLN terhenti, sistem back up akan langsung mengambil alih dalam hitungan detik,” ujarnya.

Menurut Tri Sunoko, saat ini Bandara Soetta memiliki total tenaga listrik cadangan sebesar 7300 KVA. Dari jumlah tersebut, sebanyak 3000 KVA telah teralokasikan untuk mem-back up fasilitas yang selama ini masuk dalam kategori high priority dan priority. Fasilitas yang masuk dalam kategori high priority adalah seluruh seluruh perangkat teknikal pada sisi udara (air side) dan berkaitan erat dengan sistem pengaturan lalu lintas pergerakkan pesawat, seperti peralatan navigasi, landasan pacu, radar, dlsb. Sementara pada kategory priority, perlengkapan operasional di dalam bandara, seperti fasilitas check  in, imigrasi, bea dan cukai, karantina, x-ray, conveyer, dan lainnya.

Sedangkan fasilitas lainnya masuk pada kelompok non-priority yang selama ini adalah fasilitas-fasilitas yang hanya mengandalkan ketersediaan pasokan arus dari PLN dan back up sebesar 20-30 persen. Perangkat tersebut di antaranya adalah lampu penerangan umum dan penyejuk ruangan di terminal. ”Sejalan dengan naiknya status beberapa fasilitas dari non-prority menjadi priority, kita alokasikan sekitar 75 persen dari dari 4300 KVA cadangan arus listrik yang tersedia. (Peningkatan status) ini merupakan salah satu tuntutan dari masyarakat pengguna jasa yang kita respons. Kita harapkan, peristiwa padamnya lampu dan AC di area  terminal seperti ketika gardu induk PLN Kosambi terganggu beberapa waktu lalu, tidak akan terulang lagi ke depan,” lanjutnya.

Di sisi lain, lanjut Tri Sunoko, untuk meningkatkan kapasitas listrik cadangan di Bandara Soetta, perusahaanya juga telah menyewa pembangkit  listrik (genset) secara berkala dalam dua tahap. Tahap pertama, genset berkapasitas 3 x 2 MVA, dan tahap kedua 5 x 2 MVA. Keseluruhan genset sewaan itu akan digunakan untuk mem-back up seluruh jalur penerangan, perkantoran, serta tenant. Termasuk pula seluruh fasilitas mekanikal elektrikal seperti AC, elevator, escalator, dan conveyor di terminal 1 dan 2. ”Seluruh pengadaan ini kita lakukan tahun 2010, dan itu semua di luar program RKAP (Rencana Kerja Anggaran Perusahaan),” jelasnya.

Menurutnya, penyewaan genset tersebut dilakukan mengingat sisa pasokan tenaga cadangan dari genset yang telah ada selama ini, sebesar 4300 KVA, tidak dapat digunakan seluruhnya. ”Tenaga cadangan yang tersisa 4300 KVA itu memang tidak boleh digunakan total 100 persen. Prosedurnya seperti itu, maksimal kita hanya bisa pakai 75 persen. Karena itu kita alokasikan dana untuk menyewa genset untuk meng-cover fasilitas-fasilitas yang sebelumnya belum masuk daftar cadangan, baik di terminal 1, 2, maupun terminal 3,” tandasnya.

Tri menambahkan, terkait upaya perbaikan terhadap jaringan T9 dan T10 yang sempat membuat kedipan selama 1,7 detik dan menyebabkan terganggunya aktivitas penerbangan di Bandara Soetta pada 6 Agustus silam, saat ini AP II yang bekerja sama dengan PLN tengah melakukan penggantian instalasi kabel secara menyeluruh. Sampai kabel tersebut selesai diganti, untuk sementara pasokan arus listrik di kedua titik tersebut menggunakan kabel darurat melalui unit kabel berjalan (UKB) milik PLN.

”SOP dan gugus kerja antara AP II sudah kita bentuk untuk penanganan darurat. Jadi, sekarang ada pegawai PLN yang berada di Soetta untuk koordinasi dan fasilitas radio komunikasi yang terhubung antara bandara dengan kantor PLN,” imbuhnya.

Kemudian, lanjut dia, sambil berjalan PT AP II juga melakukan uji performasi terhadap sistem back up dengan melakukan simulasi pemadaman listrik dan resetting pada masa sepi, antara pukul 24.00 sampai pukul 04.00. Hasilnya dari uji performasi itu cukup memuaskan alias seluruh sistem back up dapat bekerja maksimal sesuai harapan.

”Untuk menghindari kesalahfahaman informasi, selama proses pengujuian ini seluruh airlines dan tenant sudah kita informasikan. Kita targetkan Oktober ini selesai, sedangkan untuk untuk suplai yang ke T3, 25 September lalu sudah selesai. Selain itu, di luar infrastruktur, kita juga melakukan penambahan teknisi pada main power station, di luar penempatan pegawai PLN di sana,” pungkas Tri. (roda kemudi)