Dirut AP II: Tri S Sunoko |
TANGERANG – PT Angkasa Pura II (Persero) tengah bersiap-siap
untuk mengoperasikan prosedur pemanduan lalu lintas udara SID/STAR RNAV-1 dan membuka
Sektor Pemanduan Sisi Selatan pada menara kontrol Bandara Soekarno-Hatta,
Cengkareng, Tangerang, Banten. Prosedur Pemanduan SID/STAR RNAV-1 dijadwalkan beroperasi penuh pada 13 September 2012 pukul 00:00 WIB (17:00 GMT). Sementara Sektor Pemanduan Sisi Selatan akan dibuka secara
penuh pada 20 September 2012 pukul 07:00 WIB (00:00 GMT).
Direktur Utama PT Angkasa Pura II Tri S Sunoko
menjelaskan, tahapan pengoperasian Prosedur Pemanduan SID/STAR RNAV-1 maupun sektor
pemanduan sisi selatan menara kontrol Bandara Soekarno-Hatta tersebut mulai dilakukan
sejak 23 Agustus 2012 hingga 19
September 2012. Proses tahapan pengoperasian tersebut dilakukan secara intensif
dan berkala, dalam rangka uji coba sekaligus sosialisasi kepada seluruh pilot
dan maskapai.
Tri Sunoko menegaskan, pengoperasian kedua fasilitas
baru tersebut merupakan bentuk komitmen manajemen untuk selalu mengupayakan
peningkatan keamanan dan keselamatan penerbangan di wilayah udara Bandara
Soekarno-Hatta, maupun di wilayah Flight Information Region (FIR) Jakarta yang
dikelola Angkasa Pura II. ”Penerapan prosedur dan fasilitas baru dalam pemanduan
ini juga sebagai antisipasi terhadap pertumbuhan pergerakan lalu lintas penerbangan
di masa mendatang,” ujarnya, Senin, 27 Agustus 2012.
Dijelaskan, pengoperasian sektor pemanduan baru pada
sisi selatan menara pengawas akan mereduksi waktu antrean pesawat di pinggir
landasan pacu menjelang lepas landas, serta meningkatnya kewaspadaan petugas ATC
maupun pilot ketika berada di dalam wilayah pergerakan di bandara. Sebelumnya, menara
hanya dilengkapi satu deck pengawas yang
menghadap ke landasan pacu sebelah utara. Hal tersebut mengurangi efisiensi pergerakan
petugas ATC ketika harus mengawasi pesawat yang bergerak di landasan sebelah
selatan. ”Tetapi sekarang, dengan double-deck
control, pola pengawasan danpemanduan pergerakan pesawat di kedua runway
bisa dilakukan dengan lebih maksimal,” tegas Tri Sunoko.
Menurutnya, proses pengkajian terhadap pengoperasian double-deck control toweer ini dilakukan
sejak tahun 2009. Hasil kajian tersebut selanjutnya ditindaklanjuti dengan
penggantian peralatan pendukung pengoperasian sektor selatan pada tahun 2010, termasuk
melakukan pemenuhan jumlah SDM yang dibutuhkan. Selanjutnya pada awal 2011
dimulai pembuatan prosedur baru dan melaksanakan studi banding ke Bandara Changi di Singapura, Bandara Kuala Lumpur
di Malaysia dan Svarnabhumi di Thailand.
Kemudian untuk prosedur SID/STAR RNAV-1, Tri Sunoko menjelaskan,
RNAV atau Area Navigation adalah
metode navigasi yang akan mengatur pergerakan pesawat yang berangkat dan menuju
bandara melewati koridor udara dengan batasan ketinggian dan kecepatan pesawat
yang telah ditentukan. Koridor udara ini akan memisahkan pergerakan pesawat
yang datang maupun pergi dengan tingkat akurasi yang sangat tinggi. Sistem
pemanduan RNAV mencakup RNAV Standard
Instrument Departures (SID) untuk pemanduan keberangkatan pesawat dan RNAV Standard Terminal Arrival Routes (STAR)
untuk pemanduan kedatangan pesawat.
”Tanpa RNAV, pesawat harus terbang dalam lintasan yang
mengikuti posisi stasiun navigasi di bumi. Dengan memakai RNAV, pesawat dapat
terbang dalam lintasan yang lebih efisien, melintasi rute berupa titik-titik imajiner
yang disebut waypoints,” jelasnya.
Sistem RNAV akan mentukan posisi dan kecepatan pesawat
dengan memakai acuan dari data yang dipancarkan stasiun navigasi bumi. Informasi
yang akan menjadi acuan pilot tersebut akan muncul pada navigation display berbentuk peta digital, rencana rute yang akan
dilewati, serta tanda-tanda navigasi lain semisal bandara, stasiun
navigasi atau waypoints. Selain itu, RNAV juga dapat terhubung dengan sistem autopilot pesawat untuk memberikan automatic guidance.
Petugas Pemandu Udara Bandara Soekarno - Hatta |
Prosedur ini juga dilengkapi dengan beberapa High Altitude Holding Point di udara
yang digunakan sebagai titik awal mula pesawat mengikuti prosedur RNAV-1.
Dengan ditetapkannya holding point maka
ATC akan mengarahkan pesawat yang menuju ke Bandara Soekarno Hatta untuk
mengikuti antrian kedatangan. Holding point
ini juga sangat bermanfaat untuk menyamakan pergerakan pesawat udara sesuai
dengan arah dan ketinggian serta kecepatan yang sudah ditentukan.
Sederhananya, RNAV merupakan sebuah desain rute yang
bertujuan untuk mengurangi jumlah komunikasi antara pilot dan petugas pengatur
lalu lintas udara (ATC) saat datang maupun meninggalkan bandara, sehingga pilot
memiliki otoritas menerbangkan pesawat dengan sangat sedikit intervensi dari ATC.
Berkurangnya intervensi ATC tersebut akan secara otomatis mengurangi beban
kerja ATC dan PILOT serta peningkatan kewaspadaan (situasional awareness) pilot dalam melakukan manuver.
”Keuntungan lainnya adalah, konsumsi bahan bakar juga
akan berkurang, karena pesawat dapat terbang secara efisien pada rute yang telah
ditentukan secara akurat baik kecepatan maupun ketinggiannya,” imbuh Tri
Sunoko. Aeronatical Information
Publication Supplement (AIP Supplement) yang berisi informasi rencana pengimplementasian
prosedur pemanduan SID/STAR RNAV-1 (AIRAC No: 08/2012) juga telah
dipublikasikan sejak 28 Juni 2012 lalu.
Selain mempersiapkan pengoperasian tower sisi selatan
dan prosedur RNAV-1, Tri menambahkan, PT Angkasa Pura II saat ini juga tengah
melakukan sejumlah kajian peningkatan kualitas pelayanan lalu lintas
penerbangan. Antara lain meliputi Restukturusasi Ruang Udara Lapis Atas ( Upper
airspace); Restukturusasi Ruang Udara Lapis Bawah ( Lower airspace); Pembuatan Air Traffic Flow
Management; Penambahan Antena Pemancar
Radio di Wonosari, Dumai, Padang, Lampung; Penambahan SDM ATC dan Tehnik; Penggantian Antena Radar Semarang dan Palembang; serta Pembangunan
ATC System di Jakarta.
Saat ini PT Angkasa Pura II mengelola dua belas (12)
bandara utama di kawasan Barat Indonesia, yaitu Soekarno-Hatta (Jakarta), Halim
Perdanakusuma (Jakarta), Polonia (Medan), Supadio (Pontianak), Minangkabau
(Ketaping) dulunya Tabing, Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang), Sultan
Syarif Kasim II (Pekanbaru), Husein Sastranegara (Bandung), Sultan Iskandarmuda
(Banda Aceh), Raja Haji Fisabilillah (Tanjung Pinang) dulunya Kijang, Sultan
Thaha (Jambi) dan Depati Amir (Pangkal Pinang) , serta melayani jasa
penerbangan untuk wilayah udara (Flight Information Region/ FIR) Jakarta. (roda kemudi)
No comments:
Post a Comment