Pages

Tuesday, February 2, 2010

Tiket Elektronik Terusan Busway-KA Diterapkan Juli 2010

Penerapan secara penuh tiket elektronik yang mengintegrasikan antara bus Transjakarta dan kereta api komuter Jabodetabek ditargetkan dapat terealisasi pada semester kedua tahun 2010. Saat ini, sistem baru yang memfasilitasi pengintegrasian penumpang dari dua moda transportasi memasuki tahapan sosialisasi dan pemantapan jaringan perangkat lunak.

”Kwartal pertama 2010 ini kita gunakan untuk sosialisasi sekaligus pembenahan alat. Uji coba bertahap terus akan dilakukan. Nanti, pada triwulan kedua, kita akan coba operasikan sistem secara penuh (di seluruh stasiun). Setidaknya semester dua bisa berjalan maksimal,” papar Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono, saat meninjau kesiapan penerapan tiket elektronik terintegrasi di Stasiun KA Gambir dan Stasiun KA Juanda, Jakarta, Selasa (2/2).

Dalam peninjauan itu, Wamenhub yang didampingi Dirjen Perhubungan Darat Suroyo Alimoeso dan Dirjen Perkeretaapian Tundjung Inderawan, menyempatkan diri untuk menguji sistem pelayanan tiket elektronik intermoda tersebut dengan menggunakan dengan menggunakan kartu khusus yang dinamai ”Jakcard”. Bentuk fisik Jakcard itu sendiri sangat menyerupai kartu debit (ATM) ataupun kartu kredit yang dikeluarkan oleh bank.

Jakcard adalah tiket elektronik prabayar yang dikeluarkan pengelola bus Transjakarta dan Bank DKI bagi para pelanggannya untuk kebutuhan transaksi pembelian tiket non tunai. Namun, fungsi Jakcard yang digunakan Wamenhub dan rombongan berbeda dengan tiket elektronik yang pernah dikeluarkan.

”Ini tidak hanya bisa digunakan untuk naik busway, tetapi juga bisa untuk kereta api sekaligus. Bentuk fisiknya tidak berbeda dengan yang lama. Kalau yang sebelumnya hanya bisa untuk busway, tiket yang ini sudah terintegrasi dengan kereta api. Tetapi, tiketnya masih limited edition(edisi terbatas),” jelas Wamenhub.

Saat ini masyarakat bisa memeroleh Jakcard edisi berbeda itu di shelter-shelter busway yang ditunjuk, antara  lain di shelter Busway Gambir dan Juanda. Harga per lembar tiket perdana dijual Rp 25 ribu. Dengan harga tersebut, konsumen mendapatkan nilai nominal akun awal sebesar Rp 20 ribu yang dapat dipergunakan untuk membeli tiket busway dan membayar ongkos kereta api. Nilai nominal akun itu secara otomatis akan dipotong setiap kali dipergunakan, dengan besaran potongan disesuaikan dengan jumlah transaksi yang dikeluarkan.

Jika akun nominal itu habis, pemilik kartu elektronik itu bisa melakukan pengisian ulang (top up) dengan nilai nominal minimal Rp 20 ribu dan maksimal Rp 1 juta. Untuk saat ini, pengisian ulang juga masih terbatas di shelter-shelter busway yang ditunjuk khusus. Selain melayani pengisian ulang, shelter-sheleter itu juga akan melayani penukaran sisa nominal uang yang terdapat (refund) jika penumpang menginginkan.

Sedianya, akan ada empat shelter busway yang akan diintegrasikan melalui penerapan tiket elektronik tersebut. Yaitu shelter Gambir, Juanda, Kota dan Dukuh Atas. Keempat shelter itu merupakan shelter yang memiliki akses keterhubungan langsung dengan stasiun kereta api.

Wamenhub dan rombongan mengawali pengujiannya dengan menggunakan tiket elektronik dari Stasiun Gambir menuju Stasiun Juanda. Di pintu masuk menuju peron, Wamenhub dan rombongan menempelkan tiketnya pada mesin pembaca. Pada proses pertama penggunaan ini, mesin akan mencatat identitas pemilik kartu dan menandai penggunaan tiket di stasiun awal (pemberangkatan). Selanjutnya, Wamenhub dan rombongan bergerak menuju Stasiun Juanda dengan menggunakan KA Pakuan Ekspress.

Di dalam KA jurusan Bogor-Jakarta tersebut, tiket kembali ditempelkan (tapping) pada alat pembaca (card reader) yang dibawa oleh kondektur KA. Pada proses kedua ini, mesin akan mencatat kelas sekaligus tarif yang digunakan pemilik tiket. Kemudian, di stasiun Juanda yang menjadi stasiun tujuan, tiket kembali ditempelkan pada alat pembaca kartu di pintu keluar stasiun. Pada tahap sini, mesin akan memotong jumlah akun yang ada pada kartu sesuai dengan tarif yang digunakan. Misalnya, untuk KA Pakuan Ekspress tersebut, mesin akan memotong nominal sebesar tarif yang dikenakan, yaitu Rp 11 ribu.

Sisa nominal yang terdapat pada kartu dapat dilihat penumpang pada layar monitor yang dipasang di muka pintu keluar. Tampilan sisa akun dan besar nominal yang digunakan akan muncul sesaat setelah proses pembacaan kartu selesai dilakukan. Tetapi jika penumpang tidak menempelkan tiket di salah satu mesin pembaca, dia akan langsung kena potongan denda. Untuk KA Pakuan Ekspress yang bertarif Rp 11 ribu, denda yang dikenakan sebesar Rp 4 ribu.

Tidak selesai sampai di situ, dari Stasiun KA Juanda, Wamenhub dan rombongan menyeberang jalan untuk menaiki busway dari shelter Juanda yang berada di di antara stasiun dan Mesjid Istiqlal untuk kembali ke Stasiun Gambir. Di shelter ini, Wamenhub kembali menggunakan tiket elektroniknya untuk mendapatkan tiket busway.

Menurut Wamenhub, proses sosialisasi terhadap penerapan sistem pelayanan penumpang ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Selain untuk mengevaluasi dan mengantisipasi kendala-kendala yang terjadi, di sisi lain, pada saat bersamaan juga terus dilakukan pembahasan lanjutan mengenai penggunaan tiket terusan itu oleh seluruh instansi terkait. Yatu PT Kereta Api (KA), Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Pemerintah Daerah DKI dan pengelola bus Transjakarta.

”Banyak hal yang masih butuh penyelesaian. Misalnya, tadi, kita temukan  adanya tiket yang tidak bisa terbaca oleh mesin, dan lain-lain. Termasuk juga keinginan untuk mengikutsertakan instansi bank lain, selain Bank DKI. Rencananya akan ada lima bank yang akan kita ajak kerjasama,” pungkas Wamenhub. (roda kemudi)

No comments: