Pages

Thursday, September 23, 2010

Tuntut Tarif Naik 1 Oktober, Serikat Pekerja PT KA Ancam Mogok

Serikat Pekerja PT Kereta Api (Persero) atau SPKA mengancam akan melakukan mogok kerja, jika Kementerian Perhubungan tidak mengizinkan kenaikan tarif KA ekonomi mulai 1 Oktober 2010.


"Sampai kapan Menteri Perhubungan akan menunda kenaikan tarif tersebut? Lalu apa alasan sesungguhnya, apakah faktor politis? Kami sudah cukup bersabar menerima penundaan kenaikan tarif pada 1 Juli 2010 lalu, kalau sampai terjadi penundaan lagi maka sesuai Undang-Undang Tenaga Kerja kami bisa melakukan mogok kerja," kata Ketua Umum SPKA Sri Nugroho, Kamis (23/9).

Menurut Sri, SPKA memiliki kepentingan supaya tarif KA ekonomi bisa naik 1 Oktober mendatang. Kepentingan tersebut menurutnya tidak lepas dari meningkatkan layanan kepada penumpang. Berupa peningkatan keamanan dan kebersihan KA, plus menambah barang yang dibutuhkan untuk memenuhi standar kenyamanan dasar KA berupa tempat duduk kereta ekonomi 106 unit, tempat duduk kereta rel diesel 138 tempat duduk, dan KRL 140 tempat duduk.

Peralatan lain yang juga akan ditambah jika tarif boleh naik adalah kipas angin, rak bagasi, toilet yang bersih dan berfungsi baik, lampu penerangan, serta dua tabung pemadam kebakaran dalam satu rangkaian KA.

Lalu layanan tambahan berupa kereta restorasi untuk KA ekonomi jarak dan sedang dan petugas keamanan pada setiap rangkaian KA. "Kenaikan tarif sebenarnya akan kembali pada penumpang juga. Karena kami memperjuangkan kepentingan penumpang juga," tegasnya.

Karena itulah, Sri menghimbau semua pekerja KA untuk terus menaikkan tarif sesuai janji pemerintah yaitu 1 Oktober 2010. Hal tersebut diperkuat dengan terbitnya KM 48/2010 yang merubah KM 35/2010 tentang kenaikan tarif KA ekonomi mulai 1 Oktober 2010.

"Kami jalan terus karena belum ada KM lain yang membatalkan itu. Yang tidak pro ke rakyat adalah pemerintah yang tidak menaikkan tarif, karena kalau tarif dinaikkan maka kami bisa segera menaikkan pelayanan ke masyarakat," tegasnya.

SPKA mendesak pemerintah untuk merestui kenaikan tarif tersebut. Karena, bahkan sampai sekarang PTKA belum menerima pembayaran dana subsidi penyelenggaraan KA ekonomi (subsidi PSO) sebesar Rp 535 miliar tahun ini. Padahal 2010 sudah memasuki bulan ke sembilan.

"Apalagi jumlah PSO nya tahun ini sama dengan 2009, padahal inflasi sudah naik lebih banyak," pungkas Sri.

Dalam catatan Sri, meningkatnya biaya operasi dan perawatan sarana KA akibat naiknya inflasi dan indeks harga konsumen tahun lalu sudah mencapai 179,2 persen. Artinya, harga barang yang sama telah naik 79,2 persen dibanding tahun 2002 saat tarif KA ekonomi terakhir kali dinaikkan. (roda kemudi)

Friday, September 17, 2010

Listrik Padam Lagi di Soetta, Pelayanan Tetap Normal

Pasokan listrik di Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta), Cengkareng, Banten, kembali terkena masalah. Jumat (17/9), sekitar pukul 12.30 WIB, arus listrik di bandara tersibuk se-Indonesia itu kembali mengalami masalah. Kendati demikian, tidak ada gangguan signifikan terhadap fasilitas bandara maupun jadwal penerbangan, seperti yang terjadi pada 6 Agustus 2010 lalu.

”Peristiwa hari ini berbeda dengan yang waktu itu. Tidak ada gangguan terhadap konter-konter check in maupun pelayanan lainnya di bandara. Penerbangan juga masih tetap normal, tidak ada masalah yang muncul karena terimbas kejadian ini,” jelas Direktur Jenderal Perhubungan Udara Herry Bakti S Gumay saat dikonfirmasi.

Menurut Dirjen Herry, hingga saat ini penyebab padamnya listrik untuk kali kedua tersebut masih dalam penelusuran. ”Kita belum ketahui penyebabnya apa. Saya masih menunggu laporan dari PT Angkasa Pura II. Tapi yang jelas, kondisi saat ini tidak seperti waktu itu,” tegasnya, seraya berharap kejadian ini menjadi kali terakhir.

Pada Jumat, 6 Agustus 2010 lalu, kali pertama listrik di bandara mengalami masalah. Kedipan selama 1,7 detik yang terjadi saat itu sempat membuat sejumlah pelayanan penumpang dan jadwal penerbangan terganggu. Menindaklanjuti kondisi tersebut, PT AP II dan PT PLN bersinergi untuk mengelola pasokan listrik di Bandara Soetta.

Terpisah, Direktur Utama PT Angkasa Pura II Tri S Sunoko menjelaskan, gangguan aliran listrik di bandara yang dikelolanya terganggu sejak pukul 12.30 hingga 13.42 WIB. Namun, jelasnya, berkat sistem pendukung (back up) yang berfungsi dengan baik, pergerakan penumpang dan lalu lintas udara  tetap beroperasi normal.

”Penyebab gangguan sedang diatasi tim gabungan PLN dan AP2 yang sedang melakukan tugas bersama sejak awal pelaksanaan angkutan lebaran juga untuk tahap-tahap selanjutnya. Insya Allah, secepatnya kita akan perbaiki agar tidak ada lagi gangguan,” jelasnya.

Juru Bicara PT AP II Andang Santoso menambahkan, gangguan pasokan listrik yang terjadi di Bandara Soetta tidak sempat menyentuh fasilitas utama seperti konter pelayanan check in di area penumpang, maupun yang terkait dengan keamanan dan keselamatan penerbangan. ”Hanya listrik untuk penerangan umum. Tetapi masalah cepat terlesaikan dengan pasokan cadangan dari genset. Saat ini petugas dari PLN sedang menelusuri penyebab gangguan itu. Yang jelas, semua pelayanan tetap lancar,” jelasnya. (dephub.go.id)

Tuesday, September 14, 2010

Puncak Arus Balik Angkutan Udara H+7 Lebaran

Puncak pelaksanaan arus balik untuk moda angkutan udara diperkirakan akan terjadi pada hari Jumat (17/9) atau tujuh hari setelah Lebaran. Pada masa puncak tersebut, jumlah pergerakan penumpang yang kembali dari kampung halamannya akan mencapai angka sekitar 140 ribuan orang.
”Sampai hari ini, arus balik masih lancar, tidak ada hambatan. Memang ada beberapa yang delay karena akumulasi saat arus mudik, tetapi tidak terlalu signifikan. Pergerakan penumpang, menurut data terakhir yang masuk, masih berkisar 110 ribu sampai 114 ribuan. Ini masih belum puncak. Kalau puncaknya sendiri mungkin akan terjadi Jumat atau Sabtu besok,” jelas Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Herry Bakti S Gumay saat meninjau Posko Angkutan Lebaran Terpadu Nasional di kantor Kemenhub, Jakarta, Selasa (14/9).

Dirjen Herry menambahkan, angka pergerakkan penumpang pada masa puncak arus balik itu tidak akan berbeda jauh dengan kondisi pada saat puncak arus mudik sebelum Lebaran, yaitu berkisar 140 ribuan penumpang. ”Beda-beda tipis, tetapi kisaran jumlahnya segitu. Karena kalau di udara, yang berangkat dengan yang pulang biasanya selalu sama angkanya,” imbuhnya. Jika dibandingkan pada masa yang sama pada tahun sebelumnya, ada peningkatan rata-rata antara 10-15 persen.

Pendistribusian masa libur yang tidak serentak antara libur sekolah dan para pegawai, menurut Herry, turut memberikan kontribusi terhadap upaya pengurangan penumpukkan calon penumpang di tiap-tiap bandara baik pada sat mudik maupun balik. ”Pendistribusian liburnya merata, jadi masyarakat tidak bergerak secara bersamaan seluruhnya, baik pada saat mudik maupun balik,” ujarnya.

Kemudian terkait kendala lain, Herry megnatakan bahwa ada beberapa kendala yang muncul terkait operasional dan cuaca, tetapi tidak terlalu besar efeknya. ”Itu biasa. Antisipasinya dengan kita lakukan ramp chek yang rutin hingga H+7 nanti. Kalau soal tarif, semua maskapai sudah tertib. Tidak ada yang berani main-main,” pungkasnya. roda kemudi