Sebuah helikopter jenis Superpuma milik maskapai Pelita Air Service kehilangan kendali saat melakukan uji coba mesin dalam rangka perawatan rutin di landasan pacu Lapangan Udara Pondok Cabe, Tangerang Banten, Kamis (29/1) pukul 10.00 WIB. Dua orang teknisi Pelita Air yang terlibat dalam ujicoba tersebut tewas seketika dengan tubuh terpotong-potong akibat tersabet baling-baling pesawat. Sementara pilot, Kapten Rahman Adi, dan seorang teknisi lain yang berada di dalam helikopter, lolos dari maut dan hanya mengalami luka-luka.
Kedua korban meninggal tersebut adalah Ahmad Suparja, 54 tahun, warga Kampung Gondrong, Tangerang, dan Sri Setiabudi, 44 tahun, warga Perumahan Bumi Pelita Kencana Blok A Pondok Cabe, Tangerang, Banten. Saat kecelakaan terjadi, kedua korban tidak berada di dalam pesawat, tetapi tengah berada di tepi lintasan untuk mengecek kondisi pesawat dari luar. Korban tersabet baling-baling karena tak sempat menghindar dari terjangan pesawat yang bergerak cepat. Untuk keperluan otopsi, kedua jenazah langsung dievakuasi di RS Fatmawati, Jakarta Selatan.
Hingga saat ini, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) tengah menyelidiki penyebab kecelakaan yang membuat mesin dan baling-baling pesawat itu rusak. ”Kami sudah mengirimkan dua investigator untuk menyelidiki kecelakaan itu, yaitu Capt. Toos Sanitioso sebagai Inspector In Charge (IIC) dan Sulaeman,” jelas Ketua KNKT Tatang Kurniadi saat dikonfirmasi, Kamis siang.
Tatang menambahkan, pesawat nahas bernomor registrasi PK-PUH yang berkapastitas 17 penumpang itu bukan terjatuh dari udara. Pesawat rakitan PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN) tahun 1983 tersebut terbalik saat masih berada di landasan pacu, tepat di depan hanggar pesawat. ”Helikopter tidak sedang terbang atau hendak terbang, tetapi sedang melakukan pemeriksaan rutin,” jelasnya.
Menurut Kepala Pusat Komunikasi Publik Departemen Perhubungan Bambang S , selain KNKT, Dephub juga mengutus dua orang inspektur untuk menyelidiki peristiwa ini. Yakni seorang pilot yang bertindak sebagai Pricipal Operations Inspector (POI), dan seorang teknisi dari sebagai Principal Maintenance Inspector (PMI). Keduanya merupakan utusan dari Direktorat Kelaikan Pesawat dan Operasi Penerbangan, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.
Bambang menjelaskan, informasi yang diterimanya Kamis siang menyebutkan bahwa pesawat oleng ke kiri dan terjatuh saat melakukan run up. ”Bisa dibilang, saat pemanasan mesin, helikopter kehilangan kendali dan terguling. Banyak teori yang bisa digunakan untuk menyelidiki penyebab kecelakaan ini, tetapi itu bukan wewenang saya untuk menjelaskannya. Kita tunggu saja hasil investigasi KNKT,” ujarnya. (roda kemudi)
No comments:
Post a Comment