PT Angkasa Pura II (Persero) tengah menyiapkan konsep pembangunan Jakarta Automation Air Traffic System (JAATS) untuk memperkuat performa Pengatur Lalu Lintas Udara serupa yang telah ada saat ini. JAATS-2 itu ditargetkan dapat beroperasi selambat-lambatnya akhir 2011 mendatang. Sedangkan tender pembangunanya sendiri ditargetkan untuk dimulai pada Desember 2010.
www.airtrafficcontrollerexam.com |
Direktur Utama PT AP II Tri S. Sunoko memaparkan, proses persiapan yang tengah dilakukan saat ini adalah menyusun term of reference (TOR) dan spesifikasi teknis pengadaan dan pemasangan JAATS-2 oleh tim gabungan yang terdiri dari para ahli navigasi udara Institut Teknologi Bandung (ITB), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan dan PT AP II. Organisasi profesi Indonesia Air Traffic Controller Association (IATCA) serta para teknisi penerbangan dan operator penerbangan juga turut dilibatkan sebagai nara sumber.
”Penyusunan TOR dan spesifikasi teknis dilaksanakan sejak September lalu dan akhir Nopember 2010 ini diharapkan akan rampung. Sehingga proses tender pembangunan gedung sebagai langkah awal bisa dilakukan pada Desember mendatang,” jelas Tri S. Sunoko, Minggu (24/10).
Estimasi dana yang dibutuhkan untuk pembangunan gedung JAATS-2 tersebut, jelasnya, mencapai kisaran Rp 200 miliar yang dibiayai melalui sumber pendanaan APBN Ditjen Perhubungan Udara Kemenhub. Rentang waktu pembangunan gedung JAATS-2 direncanakan sepanjang 2011, mulai Januari hingga Desember. Sementara untuk pengadaan dan instalasi infrastruktur JAATS-2 menjadi proyek yang dibiayai melalui PT AP II, dengan estimasi waktu antara Maret – Desember 2011, yang dilanjutkan dengan proses simulasi dan training pada Januari 2012.
”Estimasi biaya yang disiapkan AP II untuk infrastruktur JAATS 2 ini nilainya sekitar Rp 500 miliar. Permohonan persetujuan anggarannya diajukan kepada Kementerian BUMN Oktober 2010 ini. Kita harapkan bisa segera disetujui selambatnya akhir Oktober, sehingga kita bisa langsung buka tender Desember mendatang. Tendernya sendiri akan dilakukan oleh tim konsultan independen yang juga dilibatkan dalam proyek ini,” imbuh dia.
JAATS-2 Sebagai Back Up
Direktur Operasi dan Teknik, Salahudin Rafi menambahkan alasan di balik rencana pembangunan JAATS-2. Menurutnya, JAATS-2 tidak dibangun untuk menggantikan keberadaan JAATS-1 yang usianya relatif tua dan sempat mengalami gangguan teknis beberapa waktu lalu. ”Keberadaan JAATS-2 yang mengadopsi teknologi terkini adalah untuk memperkuat posisi JAATS-1 dan dalam rangka meningkatkan performa radar yang kita miliki. Ini juga sebagai salah satu langkah dalam menyikapi pesatnya pertumbuhan industri penerbangan saat ini,” papar Rafi.
Menurut Rafi, seiring dengan upaya persiapan pembangunan infrastrutktur JAATS-2 yang dipastikan akan sarat dengan teknologi anyar dan diharapkan mampu mengantisipasi perkembangan teknologi yang sangat dinamis. Beberapa teknisi penerbangan (ATC dan teknisi) juga sudah melakukan ”benchmark” dalam mengikuti seminar yang digelar Internasional Civil Aviation Organization (ICAO) serta merencanakan peninjauan ke beberapa bandara yang telah menggunakan pola pengoperasian dan sistem radarnya yang modern dan canggih sebagai pembanding.
JAATS adalah sistem penginderaan jarak jauh (surveillance) yang digunakan oleh petugas pengatur lalu lintas udara (Air Traffic Controller/ATC) untuk memberikan pelayanan lalu lintas penerbangan di wilayah operasi udara Flight Information Region (FIR) Jakarta dengan cakupan wilayah udara Indonesia bagian barat. Pelayanan ini lazim disebut sebagai air traffic services. Perangkat JAATS yang dioperasikan PT APII ini berada di Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng, Banten. Namun, keberadaan JAATS sendiri tidak hanya untuk kebutuhan pengontrolan lalu lintas udara, namun lebih luas lagi yang mampu berfungsi untuk air traffic management.
Rafi menambahkan, radar JAATS pertama dioperasikan perdana pada 1996 silam, dan pada sat itu diproyeksikan untuk melayani pergerakkan pesawat hingga 600 pergerakan per hari dan pelayanan data sebanyak 900 pesan Aeronautical Fixed Telecommunication Network (AFTN). Namun pada 2010, kenyataannya total pergerakan pesawat yang dilayani JAATS telah mencapai hingga 2000 pergerakan peswat dan mengelola sebanyak 4000 pesan AFTN.
Menyusul kendala operasional radar yang terjadi beberapa waktu lalu, perbaikan cepat dilakukan sehingga mampu mengembalikan fungsi pelayanan JAATS seperti sedia kala. Untuk mengantisipasi kejadian serupa, telah dilakukan updating dan refreshing sistem JAATS secara periodik dari setiap dua bulan menjadi satu bulan dan dua minggu untuk mengurangi beban data yang diproses oleh sistem tersebut.
”Sejak awal September lalu upaya perbaikan dan antisipasi terhadap kegagalan sistem terus dilakukan, seperti menyiapkan back up system yang dibutuhkan. Contingency plan atau rencana darurat JAATS Radar System Failure Contingency Plan yang menyentuh kondisi terburuk kita rancang dan kita masukkan dalam SOP. Saat ini, rencana darurat itu yang sedang proses sosialisasi. Namun, saat ini sudah ter-back up dan sosialisasi juga sedang di lakukan ke setiap unit dan seluruh controller,” lanjut Rafi.
Sebelumnya, Menteri Perhubungan Freddy Numberi mengatakan bahwa pihaknya akan mendorong percepatan pembangunan radar JAATS-2 untuk menopang radar yang telah ada saat ini. Di sisi lain, hal tersebut juga sebagai upaya untuk menyongsong pengimplementasian ASEAN Open Sky 2015 mendatang. "Banyak pembenahan yang harus kita lakukan. Salah satunya adalah sistem radar," ujar Menhub di gedung DPR, Jumat (22/10).
Dirjen Perhubungan Udara Herry Bakti S. Gumay menambahkan, saat ini pihaknya bersama tim tengah melakukan penyusunan TOR dan spesifikasi rencana pembangunan radar JAATS-2 agar secepatnya bisa dilakukan tender. "Kami dari pemerintah akan memfasilitasi bangunannya, gedungnya. Sedangkan Angkasa Pura II infrastruktur radarnya," ujar dia. (roda kemudi)
No comments:
Post a Comment