Pages

Tuesday, October 27, 2009

Kepala Stasiun Jakarta Kota dan Wakilnya Dicopot

Pelayanan publik benar-benar menjadi sorotan utama Menteri Perhubungan Freddy Numberi dalam mewujudkan sistem transportasi ideal yang aman dan nyaman bagi masyarakat. Karena dianggap lalai dalam menjalani fungsi dan tanggungjawabnya, Menhub Freddy meminta Kepala Stasiun Kereta Api Jakarta Kota, Jatun, dan wakilnya, Suyatno, untuk dicopot. Menhub Freddy menuturkan, keputusan untuk mengeluarkan rekomendasi pencopotan dua pejabat tinggi di stasiun terbesar dan terpadat di Indonesia itu, berawal dari inspeksi mendadak yang dilakukannya pada Senin (26/10) lalu.

”Sewaktu saya sidak kemarin, saya lihat Stasiun (Jakarta) Kota kotor sekali dan berantakan. Saya cari kepala stasiun dan wakilnya juga tidak ada. Saya sudah perintahkan Dirjen (Perkeretaapian) untuk mengganti kepala stasiun dan wakilnya itu. Mudah-mudahan hari ini mereka sudah diganti,” ujar Menhub di sela kunjungan ke Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Selasa (27/10).

Dipaparkan Menhub, baik kepala stasiun maupun wakilnya adalah orang yang paling bertanggungjawab di lokasi tempat mereka bekerja. Kepala stasiun maupun wakilnya adalah pemimpin sekaligus pejabat publik yang senantiasa dituntut harus selalu berada di posnya untuk memantau dan mengendalikan situasi ketika terjadi masalah atau menerima komplain dari masyarakat.

Di mata Menhub, Stasiun Jakarta Kota merupakan salah satu fasilitas publik yang harus selalu dijaga keamanan dan kenyamanannya, sebagaimana bandara dan pelabuhan laut. Karena itu dia tidak mentolerir adanya kondisi yang bisa mengurangi kualitas pelayanan publik di semua lokasi tersebut.

Menhub Freddy membantah bahwa rekomendasi pencopotan dua pejabat Stasiun Jakarta Kota itu sebagai upaya mengejar target 100 hari kerja Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) Jilid II. ”Pelayanan publik itu bukan program 100 hari. Tidak ada cerita program 100 hari, ini program sepanjang waktu,” tegasnya.

Tidak hanya melakukan inspeksi di Stasiun Jakarta Kota, di hari yang sama Menhub juga menyempatkan diri untuk meninjau langsung situasi dan kondisi di Pelabuhan Tanjung Priok. ”Sama, di sana juga kotor dan masih berantakan. WC-nya tidak bersih. Saya sudah minta kepada Pelindo untuk mengurusi itu, dan mencari orang yang baik dan pas yang mampu bertanggung jawab di sana. Kita simple saja, kalau tidak bisa bilang, biar kita ganti,” jelas Menhub.

Menurut Menhub, sama halnya dengan bandara, pelabuhan dan stasiun juga bisa dijadikan representasi baik dan buruknya kepribadian bangsa Indonesia oleh masyarakat internasional. ”Di pelabuhan, misalnya, di sana banyak berada kapal-kapal yang membawa pekerja asing. Kalau mereka masuk dan melihat kondisi WC-nya tidak baik, apa yang akan mereka bilang?” kata Menhub.

Demikian pula halnya stasiun kereta api, di mana saat ini tak sedikit wisatawan mancanegara yang memanfaatkan sarana KA untuk pelesiran ke berbagai daerah yang menjadi tujuan wisata. ”Intinya, pelayananan publik harus menjadi prioritas,” pungkas Menhub. (roda kemudi)

No comments: