Pages

Tuesday, October 27, 2009

Menhub: Terminal 1 Soekarno-Hatta Amburadul

Menteri Perhubungan Freddy Numberi mengkritik kondisi pelayanan publik di Terminal 1 Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten. Bahkan Menhub menilai pelayanan publik di terminal yang dikelola PT Angkasa Pura (AP) II tersebut masih amburadul. ”Masih ada pedagang, atau tukang semir yang berlalu lalang di sana. Masih banyak orang duduk-duduk sembarangan dan membuang puntung rokok di lantai, padahal sudah disediakan tempatnya. Saya juga masih mendengar banyak keluhan tentang kondisi toilet di sana,” ungkap Menhub saat melakukan kunjungan kerja ke bandara tersibuk di Indonesia tersebut, Selasa (27/10).

Dalam kunjungannya itu, Menhub menyempatkan diri untuk memasuki satu per satu toilet di Terminal 1A, setelah sebelumnya melakukan peninjauan ke Terminal 3. Dia berharap, kondisi yang tampak dan kenyamanan yang dirasakan di Terminal 3 bisa dirasakan di seluruh bandara yang ada di Indonesia.

”Kalau semua bandara di Indonesia seperti Terminal 3, bagus. Tetapi Terminal 1 masih amburadul,” ujarnya. Menhub meyakini, kenyamanan dan ketertiban di setiap bandara bisa diupayakan. Karena menurutnya, Indonesia bukanlah negara miskin yang akan menemui kendala permodalan untuk mewujudkan hal tersebut. Di satu sisi, dia juga menambahkan, ”Orang pintar juga banyak di negara kita. Kita harus bisa lebih baik dari Singapura,” tegasnya.

Atas dasar itu, PT AP II selaku pengelola bandara internasional tersebut diminta untuk terus mengupayakan peningkatkan kualitas pelayanannya. Menhub meminta PT AP II untuk memerhatikan hal-hal kecil yang justru dapat berdampak besar terhadap pencerminan dan pencitraan jati diri bangsa Indonesia di mata wisatawan asing. Hal itu mengingat bandara merupakan salah satu penghubung utama Indonesia dengan dunia internasional.

Toilet, kata Menhub, kerap dijadikan tolok ukur penilaian sebuah kepribadian bangsa. ”Yang pertama dilihat orang asing itu toilet. Kalau dia masuk lihat toilet kotor, dia akan langsung bilang kalau semua orang Indonesia itu jorok-jorok,” ujarnya. ”Jadi, ini soal kepribadian yang tidak bisa dibiarkan seenaknya. Kamar mandi, WC, semua harus terjaga dengan baik. Tidak ada alasan tidak bisa,” lanjutnya.

Kemudian terkait banyaknya pedagang maupun penyemir sepatu liar yang berkeliaran di area publik terminal di bandara, menurut Menhub hal tersebut bisa disiasati tanpa harus menghilangkan keberadaan mereka. Justru sebaliknya, keberadaan mereka bisa diberdayakan sebagai bagian dari pelayanan publik.

”Tukang semir atau pedagang itu tidak perlu diusir, tetapi sediakan mereka tempat yang layak dan tepat. Jangan keluarkan mereka dari sistem, tetapi jadikan mereka sebagai bagian dari sistem tanpa harus merusak sistem. Ini yang harus dipikirkan. Di luar negeri, tukang semir itu disediakan booth khusus, mereka tidak liar dan itu malah menjadi bagian dari pelayanan,” papar Menhub.

Program Sepanjang Masa

Menhub menekankan bahwa pelayanan publik di seluruh fasilitas infrastruktur transportasi harus menjadi prioritas para pengelola dan operator angkutan yang beroperasi di sana. Keteraturan, kedisiplinan, dan kebersihan merupakan hal-hal pokok yang harus dijadikan fokus dalam mengupayakan peningkatan kenyamanan terhadap penumpang. ”Pelayanan publik itu bukan program sementara, tidak hanya 100 hari, sebulan atau setahun, tetapi ini program sepanjang masa,” tegasnya.

Untuk merealisasikan hal tersebut, lanjut dia, dibutuhkan pemimpin tegas yang tidak hanya duduk manis dan menerima gaji besar. Di Indonesia, menurut Menhub, terutama pada instansi maupun lembaga yang erat kaitannya dengan pelayanan publik, masih banyak terdapat pemimpin yang kurang berkompeten dalam menjalani tugas.

”Ada leaked of managerial skill di sini. Kalau memang tidak mampu, bilang saja biar nanti cepat kita ganti sama orang yang mampu,” ujar Menhub.

Ditambahkan Menhub, upaya penciptaan kenyamanan dan meningkatkan kualitas pelayanan publik di bandara tidak hanya menjadi tanggung PT AP II selaku pengelola. Di sisi lain, maskapai sebagai operator penerbangan juga dituntut kontribusinnya untuk menjaga sistem agar tetap berjalan dengan baik. (roda kemudi)

No comments: