Cina menargetkan dapat meningkatkan neraca perdagangan dengan Indonesia hingga US$ 30 miliar pada 2010. Sektor transportasi merupakan salah satu fokus bisnis yang diincar pemerintah Negeri Tirai Bambu itu.
"Cina berminat untuk investasi di bidang penerbangan dan infrastruktur kereta api," terang Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal, usai menerima Duta Besar Cina untuk Indonesia, Zhang Qiyue, di kantornya, Rabu (19/11). Zhang Qiyue sendiri baru tiga bulan menjadi utusan negaranya di Indonesia.
Menhub menerangkan, salah satu alasan Cina menanamkan investasinya di Indonesia adalah untuk mengganti pasar Amerika yang mulai tertutup akibat krisis global. "Arus keluar masuk barang kini lebih ditingkatkan ke kawasan Asia," jelasnya.
Upaya membuka diri untuk bekerja sama dengan Cina tersebut, lanjut Menhub, sesuai dengan pesan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada dirinya selaku Menhub dalam rangka merespons perjanjian multilateral yang dibangun antara Indonesia dengan Asean dan bilateral dengan Cina.
Untuk sektor kereta api, lanjut Menhub, Cina melihat ada potensi keuntungan besar dalam pengoperasian kereta api, khususnya di wilayah Jawa. Terlebih, Cina juga melihat investasi pada sektor ini tidak terganjal masalah pembebasan tanah seperti layaknya berinvestasi untuk jalan tol.
"Saya katakan, kalau mau investasi tidak harus di Jawa. Mereka saya tawarkan untuk investasi pembangunan infrastruktur kereta api batu bara, karena Cina memiliki teknologinya. Tetapi tampaknya, mereka lebih tertarik untuk mengembangkan infrastruktur di Jawa," jelas Menhub.
Sementara untuk moda udara, Cina menawarkan diri untuk membuka rute penerbangan langsung (direct flight) Beijing-Jakarta dan Jakarta-Denpasar. Alasan Zhang Qiyue, kata Menhub, untuk meningkatkan frekuensi pelayanan terhadap turis asal negaranya ke Indonesia.
Menhub mengaku menawarkan tiga usulan bentuk kerja sama di bidang penrebangan kepada dubes wanita tersebut. Yaitu melakukan aliansi strategis seperti yang dilakukan Singapura dan Thailand; membuat subsidary seperti yang dilakukan Malaysia melalui AirAsia dengan syarat komposisi 51 sahamnya dikuasai pengusaha dalam negeri; serta kerja sama berlandaskan azas resiprokal.
"Saya jawab, untuk rute Beijing-Jakarta bisa saja dilakukan asal sesuai ketentuan azas resiprokal, yaitu menggunakan flag carrier. Atau, bisa pula menggunakan multidesignated airlines tetapi dengan syarat tertentu, misalnya kerjasamanya dalam bentuk code sharing antara maskapai mereka dengan maskapai kita," papar Menhub.
Sementara untuk menyikapi permintaan pembukaan rute domestik Jakarta-Denpasar, Menhub menawarkan Cina untuk meniru tindakan Malaysia yang membuka Indonesia AirAsia. "Kita belum bisa kasih mereka untuk menerbangi rute domestik secara langsung. Kalau mereka mau, mereka bisa meniru Malaysia. Namanya, terserah mereka nantinya. Tetapi yang terpenting, saham mayoritas tidak dipegang mereka," jelas Menhub. (roda-kemudi)
MENGGALI PENDAPATAN TAMBAHAN UNTUK PEMBANGUNAN MRT
11 years ago
No comments:
Post a Comment