Pages

Wednesday, November 19, 2008

Uni Eropa Melunak

Departemen Perhubungan menilai, indikasi pencabutan larangan terbang terhadap seluruh maskapai nasional oleh Uni eropa tampak kian jelas. Sikap persatuan negara-negara Eropa itu saat ini juga telah sedikit melunak. Hal itu dapat dilihat dari ketersediaan mereka membuka diri untuk bekerja sama dalam berbagai hal terkait penerbangan.

Informasi tersebut disampaikan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Departemen Perhubungan Budhi Muliawan Suyitno, usai mengikuti acara serah terima aset Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) NAD-Nias di gedung Dephub, Selasa (18/11).

Melunaknya sikap UE tersebut, jelas Budhi, terungkap setelah dilakukannya pertemuan antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan Presiden Komisi Uni Eropa Jose Manuel Barroso pada forum pertemuan Asia Eropa (ASEM) ke-7 di Beijing, 25 Oktober 2008 lalu.

Sejumlah temuan yang dipersoalkan UE dalam larangan terbangnya, kata Budhi, mayoritas sudah dinyatakan closed (selesai). Dari 69 temuan yang dipersoalkan, sebanyak 33 temuan sudah terselesaikan. Tujuh temuan lain di antaranya, terkait pengayaan sumber daya manusia instruktur pesawat berbadan lebar dan navigasi penerbangan, masih dalam proses negosiasi.

Sedangkan sisa 29 temuan lain yang terkait regulasi, penyelesaiaannya menunggu disahkannya Rancangan Undang - Undang (RUU) Penerbangan akhir tahun ini. Jumat (21/11), Direktorat Perhubungan Udara akan menggelar telekonferensi dengan Unit Keselamatan Penerbangan Uni Eropa perihal kemajuan yang telah dilakukan Indonesia. Telekonferensi ini untuk membahas lebih lanjut masalah seputar pelarangan terbang dengan pihak UE.

”UE sudah membuka diri dan siap untuk bekerja sama dengan Indonesia. Telekonferensi nanti adalah salah satu buktinya. Jadi, mereka tidak hanya menjatuhkan larangan terbang, mereka juga sudah bersedia menawarkan kerjasama memperbaiki kondisi penerbangan kita,” ujarnya.

Di samping itu, kata Budhi, penggantian Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dari Pierre Phillipe ke Julian Wilson juga membawa pengaruh positif. "Duta besar yang baru sangat kooperatif dan punya itikad baik memperbaiki hubungan dengan Indonesia," ujarnya.

Melihat sikap kooperatif UE tersebut, Budhi mengaku optimistis larangan terbang dapat dicabut tahun depan. ”Sudah ada pengkerucutan masalah,” ujarnya, ”Ternyata selama ini ada hambatan komunikasi, seperti perbedaan pembuatan laporan antara Indonesia dengan Uni Eropa. Laporan dinilai kurang dan tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya.”

Dengan adanya kerja sama tersebut, Budhi berharap, segala hambatan yang muncul bisa teratasi. Hal ini juga akan memberikan dampak positif kepada upaya penyehatan penerbangan Indonesia di masa datang.

Sehubungan dengan itu, menurut Budhi, telah ada lima negara anggota UE yang menyatakan siap menggelar kerja sama di sejumlah bidang penerbangan, termasuk di anraranya menyatakan akan memberikan bantuan teknis. Kelima negara itu adalah Jerman, Prancis, Belanda, Swedia dan Inggris.

”Jerman, Perancis dan Belanda menawarkan bantuan di bidang keamanan dan keselamatan penerbangan (safety). Sedangkan dengan Swedia dan Inggris, kita akan bekerja sama pelatihan sumber daya manusia. Ini kerjasama yang erat dan nyata,” pungkasnya.
Akankah optimisme Dephub berbuah manis?
(roda-kemudi)

No comments: