Kedua insiden itu adalah tabrakan dua pesawat Jumbo 747 Qantas saat dilakukan penarikan di fasilitas perbaikan Qantas di Avalon dekat Geelong, Negara Bagian Victoria. Insiden lainnya adalah pendaratan darurat pesawat Dash-8 Qantas Link yang terbang dari Roma, Queensland tengah, di Bandara Brisbane, Selasa malam.
Laporan media setempat, Rabu, menyebutkan, kokpit pesawat Dash-8 berpenumpang 39 itu sempat berasap. Namun, pilot berhasil mendaratkan pesawat dengan selamat.
Sementara itu, dalam insiden tabrakan dua pesawat Boeing 747 Qantas di Victoria, salah satunya adalah pesawat Jumbo Qantas yang Juli lalu terpaksa mendarat darurat di Manila, Filipina, setelah sebuah tabung gas oksigennya meledak dalam penerbangan Hong Kong- Melbourne.
Tabrakan di fasilitas perbaikan Qantas itu menyebabkan kerusakan pada hidung pesawat Jumbo yang mendarat darurat di Manila Juli lalu dan salah satu sayap pesawat Boeing 747 lainnya.
Dua insiden ini menambah catatan buruk Qantas tahun ini. Pada 29 Oktober lalu, pesawat jumbo Qantas Boeing 747 yang melayani rute penerbangan Los Angeles-Sydney sempat terbang tanpa panduan perangkat radar cuaca di atas Samudera Pasifik.
Akibat kerusakan radar cuaca itu, pilot pesawat Qantas berpenumpang 280 orang ini terpaksa dipandu pesawat "Air New Zealand" yang terbang di jalur yang sama sekitar 35 kilometer dari Qantas untuk bisa mencapai Auckland, Selandia Baru.
Pesawat dengan nomor penerbangan QF12 itu tiba dengan selamat di Sydney setelah perangkat radar cuacanya berhasil diperbaiki di Auckland.
Pada hari yang sama, Qantas Boeing 767 yang melayani rute Sydney juga terpaksa mendarat darurat di Melbourne setelah pilot menemukan kerusakan pada indikator roda pendarat pesawat.
Pada 7 Oktober lalu, Qantas A330-300 yang melayani rute penerbangan Singapura-Perth juga mengalami turbulensi hebat akibat terganggunya sistim komputer pesawat tersebut.
Akibat kesalahan dalam sistim referensi inersial data udara tersebut, pilot otomatis terputus saat pesawat terbang pada ketinggian 37 ribu kaki.
Dalam turbulensi 7 Oktober itu, pesawat sempat turun secara tajam sebelum kembali normal. Sedikitnya 46 orang yang ada di dalam pesawat naas tersebut terluka dan pilot Qantas bernomor penerbangan QF72 itu mendarat darurat di kota Exmouth, Australia Barat.
Dari Juli hingga November 2008, Qantas setidaknya telah mengalami delapan kali insiden penerbangan serius.
Akibat serangkaian insiden tersebut, tingkat kepercayaan publik negara itu pada standard keselamatan Qantas merosot. Anjloknya tingkat kepercayaan publik Australia itu setidaknya tercermin dari hasil survei UMR, salah satu lembaga riset penting yang berbasis di Australia dan Selandia Baru.
Laporan hasil survei UMR menyebutkan sebanyak 63 persen dari seribu responden yang mengikuti survei UMR pada 1-7 Agustus dan 19-24 September 2008 memandang standard keselamatan penerbangan Qantas memburuk dalam beberapa tahun terakhir ini.
Saat ini, dengan jumlah armada yang relatif besar, Qantas melayani 81 tujuan penerbangan di lima benua, termasuk penerbangan langsung Sydney-Jakarta. Bahkan Qantas berencana memperluas rute penerbangannya ke Amerika Selatan mulai 24 November 2008.
Maskapai penerbangan yang terkenal dengan logo "Kangguru Terbang" itu pun baru-baru ini diperkuat dengan kehadiran pesawat superjumbo A-380. (antara)
No comments:
Post a Comment