Proses pemulangan jemaah haji Indonesia dari tanah suci ke tanah air pada musim haji tahun ini masih dihantui keterlambatan jadwal pemberangkatan pesawat (delay). Hal itu disebabkan belum diberikannya pintu masuk khusus ke pesawat (dedicated boarding gate) oleh otoritas penerbangan Pemerintah Saudi Arabia kepada Garuda Indonesia selaku maskapai khusus jemaah haji nasional, baik di Bandara King Abdul Aziz Jeddah maupun di Bandara Ahmad bin Muhammad bin Abdul Aziz Madinah.
Terkait penyediaan dedicated gate untuk Garuda tersebut, Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Herry Bhakti S Gumay mengatakan, Pemerintah Indonesia baik melalui Kementerian Perhubungan maupun Kementerian Agama sudah mengupayakan untuk melobi otoritas penerbangan pemerintah Arab Saudi untuk mendapatkannya.
Menurut Dirjen Herry, Indonesia cukup layak untuk mendapatkan keistimewaan untuk mendapatkan gerbang khusus tersebut setidaknya di Bandara Jeddah yang frekuensi penerbangannya jauh lebih dari pada Madinah. Karena bila dibandingkan dengan negara-negara lain, Indonesia terbilang sebagai negara paling banyak yang yang mengirimkan jemaahnya ke tanah suci.
Tidak hanya oleh Pemerintah Indonesia, jelasnya, Pemerintah Arab Saudi pun cukup menyadari hal tersebut hingga akhirnya mengeluarkan janji akan memberikannya. ”Privilege (keistimewaan) itu sangat layak untuk kita peroleh, tetapi sampai sekarang belum juga direalisasikan meski mereka sudah berjanji sejak lama untuk memberikannya kepada kita,” jelas Dirjen Herry, usai mengikuti penandatanganan kontrak penerbangan haji antara Garuda Indonesia dan Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PUH) Kementerian Agama di Jakarta, Selasa (24/8).
”Tetapi, memang agak susah untuk dapatkan dedicated gate, karena semua terkait dengan pengaturan slot time yang sangat padat. Karena meski mereka sudah janji akan berikan, kita nggak bisa paksa. Itu kewenangan penuh Saudi untuk memberikannya. Sampai saat ini, tidak ada satu pun maskapai selain milik pemerintah Saudi yang punya dedicated gate,” imbuhnya.
Dirjen PUH Kemenag Slamet Riyanto mengatakan, total jemaah Indonesia yang dijadwalkan berangkat ke tanah suci pada musim haji tahun ini mencapai 211 ribu orang. Sebanyak 116.789 jemaah diangkut Garuda Indonesia, sedangkan jatah pengangkutan sebanyak 94 ribuan jemaah sisanya diberikan kepada Saudi Arabia Airlines.
”Jika melihat pengalaman tahun kemarin, on time performance (ketepatan jadwal) Garuda saat pemberangkatan sangat baik, bisa mencapai 90 persen. Tetapi waktu pemulangan, sangat-sangat menurun drastis. Kami berharap hal ini bisa diperbaiki oleh Garuda pada musim haji tahun ini,” ujar Slamet.
Keterlambatan pada saat pemulangan jemaah haji memang menjadi masalah klasik bagi Garuda Indonesia yang setiap tahun memenangkan tender pengangkutan jemaah haji nasional. Sementara bagi Saudi Arabia Airline sebagai satu-satunya maskapai yang memiliki dedicated gate, hal itu tidak menjadi masalah sehingga BUMN penerbangan Arab Saudi itu pun selalu bisa menjaga ketepatan jadwal.
Tanpa adanya dedicated gate, akan cukup sulit bagi Garuda untuk dapat menekan potensi keterlambatan jadwal pemulangan jemaah secara maksimal, kendati pun langkah antisipasi dengan membuka fasilitas city check in di Jeddah untuk mempercepat proses bongkar muat barang-barang jemaah telah dilakukan.
Mendapatkan dedicated gate baik di Jeddah maupun di Madinah, setidaknya menjadi salah satu solusi konkret untuk memperkecil peluang keterlambatan yang terjadi. Karena dengan gerbang khusus itu, ratusan ribu jemaah haji Indonesia tidak lagi perlu bercampur dengan jemaah negara lain saat hendak memasuki pesawat.
Sama dengan tahun lalu, tahun ini Garuda mendapatkan jatah 13 gates yang dipakai bergantian dengan maskapai lain. Namun, sebagaimana pengalaman di tahun-tahun sebelumnya, proses perjalanan jemaah dari ruang tunggu bandara menuju boarding gate dengan personel penuntun yang terbatas dan padatnya arus jemaah menjadi kendala tersendiri di luar masalah teknis pesawat. Karena tidak sedikit dari jemaah yang harus tercecer di dalam area penumpang karena tertinggal rombongan atau tersesat masuk ke kloter lain.
”Belum lagi kalau gate yang seharusnya diisi jemaah kita diisi oleh rombongan jemaah lain, atau ketika jemaah harus berpindah gate secara cepat untuk menyesuaikan lokasiparkir pesawat. Jadi, selama belum ada dedicated gate, delay pasti akan terjadi. Tetapi, kita tidak pesimistis dan akan tetap mengupayakan antisipasi semaksimal mungkin untuk menguranginya. Setidaknya akan kita jangan sampai delay melebihi toleransi 15 menit,” ujar Direktur Operasi Garuda Indonesia Ari Sapari. Roda Kemudi
MENGGALI PENDAPATAN TAMBAHAN UNTUK PEMBANGUNAN MRT
11 years ago
No comments:
Post a Comment