Pages

Thursday, March 5, 2009

Nakhoda KM Rimba Ditemukan Tewas

Tim pencari korban berhasil menemukan dua korban kecelakaan tabrakan kapal di Kepulauan Seribu dinihari tadi. Salah seorang di antaranya adalah Waston yang diidentifikasi sebagai KM Rimba Segara III. Kedua korban ditemukan sekitar pukul 14.00 WIB oleh kapal Catamaran milik Armada KPLP Tanjung Priok.

Adpel Tanjung Priok Capt. Bobby R. Mamahit menjelaskan, satu korban lain yang ditemukan tersebut adalah jenazah bocah berusia 3 tahun bernama Samuel. ”Korban merupakan anak Fandy, mualim III kapal pengangkut semen yang nahas itu,” jelasnya.

Sebelumnya, salah seorang korban tewas berkelamin lelaki ditemukan kelompok nelayan. Hingga berita ini diturunkan, berarti sudah ditemukan tiga mayat korban tabrakan kapal yang terjadi pada posisi 106,56,90 bujur timur-05.55.750 lintang selatan, atau 3 mil barat laut dari Pulau Damar, perairan Kepulauan Seribu.

Sementara korban yang masih belum ditemukan sebanyak 10 orang, dari 13 korban yang dikabarkan hilang (bukan 16 seperti yang diberitakan sebelumnya, Red). Seluruh korban meninggal itu telah dievakuasi ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.

Bobby menambahkan, pencarian kapal KM Rimba terpaksa dihentikan sementara karena cuaca sudah tidak memungkinkan. Pencaraian direncanakan akan dilanjutkan Jumat (6/3) pagi sekitar pukul 06.00 WIB.

Dikonfirmasi terpisah, Direktur Jenderal Perhubungan Laut Departemen Perhubungan Sunaryo mengatakan bahwa sesungguhnya kejadian ini tidak perlu terjadi. Dia beralasan, sedianya nakhoda KM Rimba Segara III bisa melakukan manuver untuk menghindari kecelakaan tersebut untuk menghindari tongkang pengangkut pasir yang ditarik tug boat TB Harapan Indah.

”Apalagi, perairan itu terbilang cukup luas dan dalam, antara 20-30 meter. Karena tongkang tidak memiliki kecakapan yang cukup untuk melakukan manuver cepat dan memiliki sistem alert yang rendah, maka KM Rimba lah yang seharusnya melakukan itu,” ujar Sunaryo, usai mengikuti pelantikan sejumlah pejabat eselon I Dephub, Kamis petang.

”Tetapi mengingat waktu, malam hari memang waktu yang rawan. Di militer saja, untuk pelayaran pada malam hari, yang dipakai pasti perwira-perwira senior. KM Rimba, seharusnya diserahkan Mualim I, meskipun nakhoda yang mengemudikannya memiliki kecakapan yang cukup juga,” imbuhnya.

Sunaryo menambahkan, ke depan, pihaknya akan melakukan evaluasi kadar profesionalitas para pelaut untuk meminimalisasi angka kecelakaan di laut. ”Jadi, potensi human error pada kecelakaan laut bisa dikurangi,” jelasnya. Terkait kecelakaan itu sendiri, pihaknya akan menunggu hasil penyelidikan Komite Keselamatan Nasional Transportasi. (roda kemudi)

No comments: