Pages

Tuesday, March 10, 2009

Dephub Grounded Seluruh Pesawat MD-90 Milik Lion Air

Departemen Perhubungan memutuskan untuk menghentikan sementara (grounded) pengoperasian seluruh pesawat jenis MD-90 milik maskapai Lion Air mulai Rabu, 11 Maret 2009. Keputusan ini diambil terkait tergelincirnya pesawat jenis sama milik maskapai tersebut di Bandara Soekarno-Hatta pada Senin lalu.

Direktur Jenderal Perhubungan Udara Dephub Herry Bakti dalam keterangan resminya menjelaskan, kebijakan penghentian pengoperasian ini untuk memudahkan pengecekan yang akan dilakukan pihaknya terhadap pesawat yang kerap mengalami insiden tersebut.

Ditegaskan, keputusan untuk meng-grounded pesawat-pesawat milik Lion Air tersebut dan mengevaluasinya bukanlah bentuk sanksi atas insiden yang membuat ditutupnya salah satu landasan pacu Soekarno-Hatta selama hampir 24 jam tersebut. Meski dia meyakini bahwa kondisi pesawat Lion yang tergelincir itu cukup laik terbang untuk beroperasi.

”Pesawat tua belum tentu tidak laik terbang. Sebaliknya, pesawat baru juga belum tentu tidak bisa celaka. Ini dalam rangka antisipasi ke depan,” ujar Herry Bakti di kantornya, Selasa (10/3).

Dalam rangkaian evaluasi tersebut, menurutnya, Dephub akan memeriksa semua pesawat MD-90 series yang ada. ”Kebetulan, maskapai yang pakai MD series saat ini cuma Lion. Untuk sementara, mulai besok (Rabu), kita akan grounded seluruh pesawat-pesawat itu,” imbuhnya.

Tak hanya fisik pesawat rakitan Mc Donell Douglass tahun 1996 itu, Dephub, lanjut Herry, juga akan mengevaluasi sistem keselamatan serta mekanisme perawatan yang dilakukan oleh manajemen Lion Air terhadap seluruh pesawatnya.

”Termasuk frekwensi penerbangan yang menggunakan pesawat MD series kita akan evaluasi juga. Pengecekan ini akan memakan waktu 3-4 hari,” sambung Herry.

Selain pesawat, Dephub juga secara otomatis akan meng-grounded Capt. Haryanto Asmani selaku pilot bernomor penerbangan JT-793 yang bertolak dari Gorontalo, Makassar, tersebut. Menurut Herry, perintah untuk tidak terbang terhadap pilot pesawat nahas itu sekurangnya berlaku selama sebulan setelah kecelakaan terjadi.

Evakuasi Terhambat Roda Rusak

Terkait lambannya proses evakuasi pesawat dari lokasi tergelincir, Herry menjelaskan, hal itu disebabkan oleh rusaknya dua roda pendaratan bagian belakang. Kondisi itu diperparah oleh terbenamnya roda tersebut di tanah tepian landasan pacu yang berjarak sekitar 800 meter dari ujung landasan itu.

”Kita lumayan agak kesulitan untuk menaruh bantalan udara agar bisa menggeser badan pesawat yang melintang. Apalagi kedua landing gear belakangnya collapse,” paparnya. Hingga akhirnya, setelah menggunakan beragam peralatan evakuasi seperti dooley dan crane, pesawat berhasil dipindahkan sekitar pukul 14.30 WIB. Kendati demikian, landasan pacu Soekarno-Hatta bagian selatan itu masih harus ditutup. ”Karena, meski tidak rusak, masih harus kita bersihkan agar aman digunakan penerbangan selanjutnya,” pungkasnya.

Selanjutnya, untuk menyimpulkan penyebab dari kecelakaan pesawat bernomor registrasi PK-LIL ini, pihaknya menyerahkan hal itu kepada Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) yang hingga saat ini masih melakukan investigas di lapangan. Untuk menyelidiki kasus ini sendiri, KNKT menurunkan lima orang investigatornya. Antara lain Wakil Ketua KNKT Franz Wenaz, investigator senior Temenggung, Capt. Nurcahyo, Alit Sadikin, dan Sulaeman.

Dihubungi terpisah, Direktur Umum Lion Air Edward Sirait menegaskan pihaknya siap untuk mengikuti perintah dari regulator. "Jika itu yang dimaui oleh regulator, kami siap," katanya.

Edward mengakui, pelarangan lima pesawat jenis MD-90 tersebut berpotensi besar menimbulkan kerugian bagi perusahannya. "Besarannya belum dihitung secara pasti, mengingat rute yang dilalui oleh pesawat-pesawat tersebut berbeda-beda. Jika taksiran kasar bisa saja mencapai sekitar satu miliar rupiah,” katanya.

Dikatakan, Lion Air juga telah menyiapkan pesawat pengganti untuk jenis MD. Terbukti pada Maret ini akan datang dua jenis B 737-900 ER yakni pada 17 maret dan 25 Maret. "Kita memang berencana akan menjadikan pesawat jenis MD sebagai cadangan secara bertahap mulai Juni nanti. Sedangkan proses peremajaan selesai tinggal pemenuhan pemesanan," ungkapnya. (roda kemudi)

No comments: