PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) memastikan akan mengoperasikan sebanyak 98 unit kereta rel listrik (KRL) tambahan hingga tahun ini. Seluruh KRL tersebut diproyeksikan untuk menutupi kekurangan pasokan armada KRL Ekonomi AC di sejumlah jalur perlintasan (relasi).
Direktur Utama PT KCJ Bambang Wibiyanto mengatakan, 90 unit KRL di antaranya merupakan kereta bekas yang diimpor perusahaannya langsung dari Jepang. Ke-90 unit kereta itu sedianya akan dibagi menjadi sembilan set KRL, dengan komposisi masing-masing set sebanyak 10 unit. Sedangkan sebanyak delapan unit (1 set) sisanya adalah KRL baru bantuan dari Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan yang diproduksi oleh PT INKA Madiun.
”Proses pengiriman KRL yang kita impor dari Jepang dibagi dalam dua tahap. Tahap pertama sebanyak 40 unit, dan pengirimannya dicicil sepuluh-sepuluh. Pengiriman sepuluh unit pertama, 17 April nanti. Sisanya akan dikirim setiap sebulan berikutnya. Sedangkan yang 50 lainnya, pengirimannya masih dijadwalkan,” jelas Bambang di sela diskusi interaktif ”Mendorong Pelayanan KRL Jabodetabek yang Manusiawi” yang digelar Institut Studi Transportasi (INSTRAN) dan Pusat Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan di Hotel Red Top Jakarta, Kamis (18/3).
Menurutnya, ke-40 unit KRL bekas yang akan dibagi menjadi empat set KRL Ekonomi AC tersebut akan dioperasikan pada lintasan Tanahabang-Bogor (3 set) dan Parung Panjang-Jakarta (1 set). Dijelaskan Bambang, untuk mendatangkan 90 unit KRL bekas tersebut, dia menambahkan, perusahaannya mengalokasikan dana sebesar Rp 105 miliar. Dana tersebut merupakan pinjaman modal dari perusahaan induk, yaitu PT Kereta Api (PT KA).
Bambang menambahkan, penambahan armada merupakan salah satu solusi utama untuk menekan jumlah penumpang naik di atas atap. Karena dengan dengan penambahan armada itu PT KCJ bisa melakukan peningkatan jumlah frekuensi, terutama pada jam-jam sibuk di pagi dan sore hari yang kerap memicu penumpanguntuk memaksakan diri naik di atas atap untuk mengejar waktu. ”Perbandingan antara ketersediaan armada dan kebutuhan saat ini sangat jauh tidak berimbang,” ujarnya.
Selain menambah 98 armada, menurut Bambang, tahun ini PT KCJ juga tengah memulai langkah untuk merehabilitasi sebanyak 17 stasiun sebagai bagian dari upaya peningkatan mutu pelayanan terhadap penumpang. ”Proses studinya sudah berjalan, kita bagi dalam tiga paket. Sudah ada tiga konsultan yang mengerjakannya. Targetnya selesai akhir tahun ini, sehingga awal 2011 nanti proses pembangunan fisiknya bisa dimulai,” pungkasnya.
Untuk Program Paket I, sedianya akan direhabilitas sebanyak enam stasiun, yaitu Stasiun Jayakarta; Stasiun Sawah Besar; Stasiun Gondangdia; Stasiun Cikini; Stasiun Tebet;dan Stasiun Cawang. Kemudian Paket II meliputi Stasiun Bogor, Stasiun Cilebut, Stasiun Bojonggede, Stasiun Citayam, serta Stasiun Depok. Sedangkan enam stasiun lain yang masuk dalam pengerjaan Paket III adalah Stasiun Duren Kalibata, Stasiun Pasar Minggu, Stasiun Univ. Indonesia, Stasiun Pondok Cina, Stasiun Depok Baru, dan Stasiun Sudimara. (roda kemudi)
MENGGALI PENDAPATAN TAMBAHAN UNTUK PEMBANGUNAN MRT
11 years ago
1 comment:
Semoga masalah berjubelnya penumpang dapat diatasi dengan penambahan armada, tetapi perlu diingat bahwa mayoritas penumpang KRL adalah masyarakat kelas menengah ke bawah yang sangat membutuhkan KRL ekonomi meskipun tanpa pendingin AC dan mereka menganggap tarif ekonomi AC masih terasa mahal.
Bagaimana kebijakan PT. KCJ tentang hal ini?
Post a Comment