Pemerintah berencana untuk mengembangkan perlintasan kereta api angkutan barang antara Tebing Tinggi di Sumatera Barat hingga Kuala Tanjung, Sumatera Utara. Pembangunan yang direncanakan dimulai pada awal 2011 dan ditargetkan rampung pada akhir tahun yang sama itu meliputi perpanjangan rel sepanjang 25 kilometer. Target dari pembangunan ini adalah untuk memaksimalisasikan kapasitas pengangkutan barang oleh kereta api, serta menekan beban jalan raya di wilayah tersebut.
Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Tundjung Inderawan menjelaskan, Pemerintah Kabupaten Batubara, Sumut, telah menyediakan lahan sepanjang 18 kilometer untuk keperluan pembangunan jalur kereta api tersebut. Lokasi lahan tersebut berada samping kiri dan kanan jalan menuju PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum). Lahan ini sendiri merupakan hibah dari PT Inalum kepada Pemkab Batubara, untuk selanjutnya diserahkan kepada pemerintah pusat melalui Kementerian Perhubungan untuk dibangunkan jalur kereta api.
"Sisanya yang tujuh kilometer akan dibebaskan Pemda bersama stakeholders lainnya. Sedangkan Kementerian Perhubungan akan memfasilitasi pembangunan infrastrukturnya. Desainnya saat ini sedang disiapkan PT Kereta Api yang nantinya akan menjadi operator," papar Tundjung di Jakarta, Senin (8/3). Total biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan infrastruktur rel baru ini sekitar Rp500 miliar, dengan asumsi pembiayaan Rp20 miliar per kilometer.
Menurut Tundjung, jalur baru itu diharapkan tidak hanya dimanfaatkan untuk pengangkutan minyak sawit mentah (CPO) dari Tebing Tinggi, tetapi juga bisa memfasilitasi pengangkutan peti kemas. "Di tebing tinggi ada dry port punya PT Inalum (Inalum Container Terminal/ICT) yang saat ini statusnya tidak aktif. Nah, salah satu tujuan menghidupkan jalur ini adalah untuk menghidupkan kembali dry port itu. Kalu tembus dan kontainer bisa masuk, maka ICT akan bisa aktif lagi. Keuntungan lain, beban jalan raya pastinya akan berkurang," jelasnya.
Selain memperpanjang rel di lintas Tebing Tinggi-Kuala Tanjung, Ditjen Perkeretaapian juga merencanakan perpanjangan rel dari Belawan hingga ke Terminal Peti Kemas Gabion sepanjang 2-3 kilometer. Pembangunan ini juga untuk menunjang upaya penghidupan kembali terminal peti kemas di Tebing Tinggi. Namun proyek ini masih sedikit terkendala masalah pembebasan lahan yang saat ini berstatus pinjam-pakai. "Lahan ini sebenarnya sudah dialokasikan untuk KA. Sekarang kita sedang minta pemda untuk mengembalikan tanah itu untuk dibangun jalur KA," jelasnya.
Tundjung menambahkan, prospek di kedua perlintasan ini cukup tinggi. Selain CPO, banyak juga angkutan-angkutan peti kemas dari industri-industri di sana, seperti Inalum, yang bisa dijadikan sebagai pangsa pasar utama. "Sesuai kebijakan pemerintah, bahwa sistem transportasi harus menganut asas connectivity, accesibility, intermodality. Nah, apa yang kita lakukan ini menganut ketiga-tiganya. Penggabungan transportasi laut dan KA, adalah bentuk intermodality-nya. Tetapi yang terpenting, beban jalan raya kita geser ke KA. Keuntungannya, tidak hanya mengurangi biaya perawatan jalan, tetapi juga safety dan kenyamanan, serta menekan emisi dan pengiritan penggunaan BBM," imbuhnya. (roda kemudi)
MENGGALI PENDAPATAN TAMBAHAN UNTUK PEMBANGUNAN MRT
11 years ago
No comments:
Post a Comment